Kalkulator Average Saham

Stock Average Calculator (kalkulator menghitung harga rata-rata saham)

Pembelian Sebelumnya
Pembelian Berikutnya
Hasil Perhitungannya
Average Harga Saham
Total Lot
Total Biaya

Kalkulator Average Saham, untuk Average Down dan Average Up

Stock average calculator, atau dalam bahasa lainnya kalkulator menghitung harga rata-rata suatu saham (kalkulator average down saham). Bisa digunakan secara gratis untuk kebutuhan Anda dalam berinvestasi di pasar modal. Umumnya digunakan untuk kebutuhan avg down harga saham (saat harga saham sedang turun).

Kalkulator averaging saham ini bisa digunakan untuk semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), mulai dari sektor Keuangan (Financials), Energi (Energy), Barang Baku (Basic Materials), Perindustrian (Industrials), Barang Konsumen Primer (Consumer Staples), Barang Konsumen Non-Primer (Consumer Discretionary), Kesehatan (Health Care), Properti dan Real Estat (Real Estate), Teknologi (Technology), Infrastruktur (Infrastructure), dan Transportasi & Logistik (Transportation & Logistics).

Pengertian Average Saham

Average saham adalah harga rata-rata dari saham yang kita punya dalam satuan lot. Contohnya, kalau kita beli 1 lot saham seharga Rp1.000 dan 1 lot lagi seharga Rp2.000, maka rata-rata saham kita jadi (Rp1.000 + Rp2.000) / 2 = Rp1.500. Ini berguna buat kita tahu berapa harga rata-rata yang kita bayar untuk saham itu.

Average down saham adalah cara untuk beli lebih banyak lot saham saat harganya turun. Misalnya, kita punya 1 lot saham yang kita beli seharga Rp1.000, terus harganya turun jadi Rp800. Kita bisa beli lagi 1 lot di harga Rp800. Dengan begitu, harga rata-rata saham kita jadi lebih rendah. Jadi, kalau harga saham naik lagi, kita bisa lebih cepat dapat modal kembali atau untung.

Average up saham adalah kebalikan dari average down, ini terjadi saat kita beli lebih banyak lot saham dengan harga yang lebih tinggi. Contohnya, kita punya 1 lot saham yang kita beli seharga Rp1.000, terus harganya naik jadi Rp1.500. Kita beli lagi 1 lot di harga Rp1.500. Dengan cara ini, kita berharap harga saham terus naik, jadi kita bisa dapat untung lebih banyak. Tapi, ada risikonya juga, karena kalau harga saham turun setelah kita beli, kita bisa rugi lebih banyak.

Cara Menghitung Average Saham

Untuk menghitung average saham, Anda bisa menggunakan rumus di bawah ini:

rumus average saham

Penjelasan rumusnya:

  • Harga1, Harga2, Harga3 adalah harga saham saat Anda beli.
  • Lot1, Lot2, Lot3 adalah jumlah lot yang Anda beli pada harga saham saat itu.
  • Total Lot adalah jumlah semua lot yang Anda beli (yang dimiliki saat ini).

Contoh perhitungan rumus di atas:

Misalnya, Anda membeli saham dengan rincian sebagai berikut:

  • Pembelian 1: pada harga Rp1.000 membeli 100 lot
  • Pembelian 2: pada harga Rp750 membeli 200 lot
  • Pembelian 3: pada harga Rp500 membeli 300 lot

Sekarang, kita hitung average-nya berdasarkan rumus:

  • (Rp1.000 x 100 lot) + (Rp750 x 200 lot) + (Rp500 x 300 lot)
  • Total biaya = Rp100.000 + Rp150.000 + Rp150.000 = Rp400.000
  • Total lot = 100 + 200 + 300 = 600 lot

Maka, average harga sahamnya adalah Rp400.000 : 600 lot = Rp666,67

Waktu yang Tepat untuk Average Saham

1. Ketika Harga Dekat Level Support

Level support itu seperti batas terendah harga saham. Saat harga mendekati titik ini, ada kemungkinan besar harga akan naik lagi. Ini bisa jadi waktu yang pas untuk beli lebih banyak saham dengan harga yang lebih murah.

Misalnya, jika Anda beli saham perusahaan A seharga Rp1.000 per lot, dan harganya turun jadi Rp800, tapi analisis bilang harga tidak akan turun di bawah Rp750, ini bisa jadi saat yang tepat untuk beli lagi. Jadi, Anda beli 1 lot lagi di Rp800, dan rata-rata harga beli Anda jadi Rp900 per lot.

2. Tren Saham Masih Positif

Walaupun harga saham turun, jika tren keseluruhannya masih baik, itu bisa jadi tanda positif. Jika perusahaan masih punya prospek cerah dan kinerja yang bagus, membeli lebih banyak saham bisa jadi langkah yang tepat.

Misalnya, jika Anda punya saham perusahaan B yang harganya turun dari Rp1.200 menjadi Rp1.000, tapi laporan keuangannya menunjukkan pertumbuhan yang baik, Anda bisa memutuskan untuk beli lebih banyak di harga Rp1.000.

3. Fundamental Perusahaan Masih Kuat

Sebelum memutuskan untuk membeli lebih banyak saham, penting untuk cek kondisi perusahaan. Lihat laporan keuangan dan berita terbaru. Jika perusahaan masih kuat dan tidak ada masalah besar, ini bisa jadi waktu yang baik untuk beli lebih banyak.

Misalnya, jika Anda punya saham perusahaan C yang harganya turun dari Rp1.500 menjadi Rp1.200, dan laporan keuangannya menunjukkan perusahaan masih untung, Anda bisa merasa yakin untuk beli lebih banyak di Rp1.200.

4. Gunakan Analisis Teknikal

Analisis teknikal bisa membantu Anda tahu kapan waktu yang tepat untuk membeli lebih banyak saham. Anda bisa lihat indikator seperti moving average atau pola candlestick. Jika analisis menunjukkan ada kemungkinan harga naik, ini bisa jadi saat yang baik untuk beli.

Misalnya, jika Anda lihat grafik saham perusahaan D dan harga sering naik, saat harga turun (terjadi koreksi), Anda bisa beli banyak lot di harga itu karena analisis menunjukkan potensi kenaikan.

5. Lakukan Riset Pasar

Sebelum mengambil keputusan, penting untuk riset pasar. Perhatikan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi harga saham, seperti kondisi ekonomi dan tren industri. Dengan memahami situasi pasar, Anda bisa membuat keputusan yang lebih baik.

Misalnya, jika Anda punya saham perusahaan E yang harganya turun dari Rp1.000 menjadi Rp800, dan setelah riset Anda tahu industri perusahaan E sedang tumbuh, Anda bisa lebih percaya diri untuk beli lebih banyak di Rp800, karena yakin harga akan naik lagi.

Keuntungan dan Kekurangan Menggunakan Average Saham

Aspek Keuntungan Kekurangan
1. Potensi Keuntungan Dapat meningkatkan potensi keuntungan saat harga saham naik. Jika harga saham terus turun, kerugian bisa semakin besar.
2. Rata-rata Harga Membantu mendapatkan rata-rata harga beli yang lebih baik. Rata-rata harga bisa menjadi terlalu tinggi jika harga saham tidak pulih.
3. Strategi Jangka Panjang Cocok untuk investor yang percaya pada fundamental perusahaan jangka panjang. Memerlukan kesabaran dan modal tambahan untuk membeli lebih banyak saham.
4. Mengurangi Emosi Dapat membantu mengurangi emosi saat pasar berfluktuasi. Risiko terjebak dalam pola pikir “averaging down” yang tidak selalu menguntungkan.
5. Memperbaiki Posisi Memberikan kesempatan untuk memperbaiki posisi beli yang kurang menguntungkan. Sulit untuk membedakan antara penurunan harga sementara dan tren penurunan yang lebih permanen.
6. Fleksibilitas Memungkinkan investor untuk menambah investasi saat harga rendah. Memerlukan analisis yang mendalam untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan average up.